Peneliti
Ciptakan Rekor Kecepatan Internet
Rabu,
12 Maret 2003, 11:24 WIB
San
Fransisco, Kompas Online--Para peneliti di Universitas Stanford minggu
lalu berhasil menemukan cara pengiriman data melewati Internet yang 3.500
kali lebih cepat daripada bila data tersebut dikirim menggunakan koneksi
broadband.
|
Sayang
sekali terobosan gemilang dalam hal kecepatan itu justru menjadi terlalu
cepat untuk digunakan pada komputer-komputer masa ini. Meski demikian,
teknologi itu akan membuka jalan bagi para peneliti untuk berbagi dan mengirimkan
paket-paket data berukuran besar ke berbagai penjuru dunia.
Untuk
bisa membayangkan kecepatan transmisi itu simaklah hal ini: Dalam percobaan
baru-baru ini, tim peneliti di Stanford Linear Accelerator Center, California
Institute of Technology, Institur Riset Belanda NIKHES,
|
dan
University of Amsterdam berhasil mengirimkan data yang setara dengan empat
jam rekaman film DVD, melalui saluran serat optik sejauh 10.500 km, dalam
waktu kurang dari satu menit!
Data
yang tidak dipadatkan (uncompressed) itu melaju dengan kecepatan
923 megabit per detik selama 58 detik dari Sunnyvale, California, menuju
Amsterdam lewat Chicago.
"Hasil
dari percobaan ini mungkin baru akan diterapkan dalam jaringan, satu atau
dua tahun mendatang. Ia akan sangat berguna bagi para peneliti yang bekerja
menggunakan data sangat besar," ujar Les Cottrell, asisten direktur Layanan
Komputer di Stanford Linear Accelerator Center.
|
"Teknologi
ini juga akan mengubah sistem bisnis dan tugas-tugas penelitian secara
radikal," ujar Cottrell. "Para peneliti akan dapat saling bekerja sama
tanpa harus meninggalkan rumah mereka," lanjutnya seraya mengatakan bahwa
para peneliti sedang melakukan percobaan lebih lanjut untuk memperoleh
kecepatan transmisi yang lebih tinggi.
Dalam
percobaan kali ini, para peneliti di Sunnyvale dan Amsterdam membangun
jaringan dengan personal computer yang menjalankan sistem operasi Linux
dan dihubungkan dengan router lokal satu gigabit per detik. Router di Sunnyvale,
Chicago dan Amsterdam itu terhubung satu sama lain menggunakan saluran
serat optik 10 gigabit. |
Adapun
biaya yang dikeluarkan dalam percobaan itu mencapai sekitar 2,2 juta dollar
AS. Dari angka itu bisa diperkirakan bahwa investasi untuk membangun jaringan
serupa sebetulnya dapat dijangkau perusahaan-perusahaan besar, meski kapasitas
jaringan semacam itu mungkin lebih dari yang mereka perlukan.
"Anda
dapat memperolehnya hari ini dengan komponen-komponen dan jaringan yang
sudah ada. Tidak perlu keajaiban untuk itu. Namun mungkin penggunaannya
tidak akan optimal," kata Cottrell. (Rtr/wsn)
Office
Terbaru Versi Uji Coba Diperkenalkan
Selasa,
11 Maret 2003, 15:48 WIB
Seattle,
Kompas Online--Microsoft Corp. memperkenalkan produk Office versi uji coba
terbarunya hari Senin kemarin (10/3), sebagai langkah awal untuk menyambut
kehadiran produk yang disebut sebagai "yang terhebat" semenjak peluncuran
Windows XP tahun 2001.
Perusahaan
software dari Redmond, Washington, itu berharap lebih dari 500.000 konsumen,
pengembang, dan rekanan akan mencicipi Office versi beta 2 ini, terutama
untuk feature-feature dokumen, spreadsheet, e-mail dan presentasi yang
disediakan secara gratis.
Secara
resmi, produk Office 2003 sendiri --yang merupakan bisnis Microsoft paling
menguntungkan setelah sistem operasi Windows-- akan diluncurkan pada musim
panas tahun ini. Peluncuran tersebut akan menjadi peluncuran produk paling
signifikan semenjak diperkenalkannya Windows XP pada bulan Oktober 2001.
Mengenai
produk ini, Microsoft mengatakan bahwa Office 2003 tidak lagi merupakan
kumpulan aplikasi seperti produk sebelumnya, namun merupakan sebuah sistem
yang lebih dari sekedar berisi Word, Excel, PowerPoint dan Outlook. Yang
jelas, selain perbaikan software sebelumnya, Microsoft juga menjanjikan
feature-feature baru pada produk Office ini.
Pada
keluarga Office terbaru ini, Microsoft juga memasukkan software FrontPage
untuk halaman Web, dan dua produk baru yakni InfoPath dan OneNote. Dengan
InfoPath pengguna bisa membuat sebuah daftar kumpulan informasi berbasis
Web, sedangkan OneNote adalah aplikasi untuk membuat semacam catatan.
Outlook
dalam Office ini --yang berisi program e-mail, kontak, dan kalendar-- kini
dilengkapi pula dengan penyaring spam. Versi lebih canggih yang disebut
"Outlook with Business Contact Manager" juga akan diluncurkan.
Lebih
jauh Microsoft juga akan memasukkan teknologi manajemen digital pada Office
mendatang, sehingga pengguna bisa mengontrol akses terhadap dokumen yang
mereka buat.
Feature
Baru
Feature
relatif baru yang terdapat pada beberapa program Office juga memungkinkan
pengguna "memanggil" informasi dari database atau sumber lain di Web menggunakan
"smart tags". Smart tags adalah sistem berbasis bahasa XML yang mampu menemukan
dan mengidentifikasikan konten.
Sebagai
contoh seseorang yang sedang menggunakan program Excel pada Office 2003,
akan dapat mengambil grafik atau tabel dari sebuah situs Internet dan menempelkannya
pada lembaran yang ia buat.
Untuk
keperluan itu database berita Factiva milik Reuters Group Plc dan Dow Jones
& Co. akan disertakan pada Office.
Sebelumnya,
pada produk Windows XP, smart tags juga dihubungkan dengan media-media
seperti Kompas Cyber Media (KCM) sebagai database, sehingga bila pengguna
menuliskan sebuah nama misalnya, maka ia bisa terhubung dengan data mengenai
orang tersebut di database KCM.
Office
versi beta 2 yang diuji cobakan ke berbagai kalangan itu dikemas dalam
12 CD-ROM. Mereka yang diminta mencoba produk itu diharapkan melaporkan
adanya cacat atau memberi masukan lain sebelum Microsoft meluncurkan versi
akhirnya. (Rtr/wsn)
IBM
Perkenalkan Interface Baru
untuk
Storage
Server
Selasa,
11 Maret 2003, 11:34 WIB
Jakarta,
KCM--Perusahaan teknologi IBM, lewat pemberitahuan Senin kemarin (10/03/03),
mengumumkan tersedianya interface ber-standar industri untuk server penyimpanan
data ESS (Enterprise Storage Server) buatannya.
Interface
yang oleh IBM disebut ESS API (Enterprise Storage Server Application
Programming Interface) ini dirancang agar kompatibel dengan interface
"Bluefin" sehingga diperoleh interface umum dalam sebuah jaringan yang
terdiri dari gabungan berbagai macam merk dan produk berbeda. Tujuannya
adalah agar komunikasi data dalam jaringan menjadi lancar dan tidak ada
hambatan dalam "bahasa."
Bluefin sendiri adalah sebuah spesifikasi yang dirancang untuk memudahkan
pelanggan mengelola sistem-sistem penyimpanan data dalam sebuah jaringan
penyimpanan multivendor.
"Pengumuman
ini menunjukkan bahwa IBM mampu menyediakan teknologi-teknologi penyimpanan
yang benar-benar terbuka," papar Nina Wirahadikusumah, Product Manager,
Storage System Group, IBM Indonesia. "Dan ini hanya awal dari serangkaian
peluncuran produk IBM yang bertujuan untuk memudahkan pelanggan memecahkan
masalah interoperabilitas dalam lingkungan yang semakin heterogen."
Dalam
kesempatan yang sama IBM juga memperluas dukungan penyimpanan data untuk
pengguna mainframe yang menjalankan Linux, salah satu segmen konsumen yang
perkembangannya paling pesat. Selain itu disediakan pula software
pengelolaan Tivoli Storage Resource Manager yang mendukung Bluefin, serta
disk drive 15K ppm dengan kapasitas 72.8 GB yang meningkatkan performa
hingga 50 persen. (wsn)
Kapak
Perang Sudah Digali di Bisnis VOIP
Oleh:
Moch S Hendrowijono
Kompas
Online. KAPAK perang sudah digali, genderang telah dibunyikan bertalu-talu.
Itu yang terjadi di arena bisnis telekomunikasi, yang era persaingannya
justru "resmi" baru akan mulai Agustus mendatang, bukan sekarang-sekarang
ini. Bahkan kini yang ikut perang bukan cuma PT Indosat dan PT Telkom,
"operator" swasta lain yang belum pernah mendaftar untuk terjun ke arena
pun, ikut meramaikan suasana.
Perang
yang dimulai adalah perang layanan VOIP, voice over internet protocol,
yaitu layanan sambungan telepon jarak jauh dan internasional murah karena
menggunakan protokol internet. VOIP menjadi alternatif solusi pelayanan
telekomunikasi dengan tarif yang murah tetapi kualitas layanan memang lebih
rendah, tergantung berapa besar kompresi kanal yang dilakukan. Secara sederhana
dapat diuraikan, VOIP memanfaatkan kanal (saluran) telefon dengan lebih
efisien. Kalau semula satu kanal untuk satu pembicaraan, dengan VOIP bisa
enam atau delapan, bahkan bisa 12 dan tidak tertutup kemungkinan dengan
kompresi dua atau empat kali.
Akan
tetapi, karena dipakai secara berdesakan, mutu suara lewat VOIP pun tidak
sehalus kalau satu kanal satu pembicaraan atau yang umum disebut dengan
clear
channel. Makin besar kompresinya, tidak cuma enam atau delapan, makin
buruk mutunya, bahkan bisa terjadi putus sambungan dan ini sangat mengganggu
pelanggan yang menginginkan kualitas. Pengiriman data atau gambar (video)
akan sangat buruk, konferensi video tidak bisa dilangsungkan kalau menggunakan
VOIP, sebab setidaknya harus menggunakan clear channel tadi.
Dewasa
ini ada lima operator VOIP yang sudah mendapat izin pemerintah yaitu Telkom,
Indosat, Satelindo, Gaharu, dan Atlasat. Namun demikian, teknologi sangat
memungkinkan penyelenggara Internet (ISP-internet service provider)
memberi layanan VOIP untuk masyarakat pelanggannya, atau sebagai ITSP (internet
telephony service provider).
Selain
ISP resmi, ada lagi ITSP liar yang hanya dengan menyediakan server, VOIP
gateway (gerbang), router dan sambungan telepon yang semuanya ditaruh di
ruang kecil seluas lemari, bisa memberi layanan VOIP. Modalnya tak banyak-banyak
amat, tak sampai Rp 100 juta dan mereka mengeruk keuntungan besar karena
melakukan kompresi sampai 12 kali.
Catatan
Kompas menyebutkan, hingga awal Mei ini ada sekitar 60 ITSP liar atau operator
VOIP ilegal yang beroperasi di Indonesia yang karena aturan hukumnya belum
tegas, masih tenang beroperasi. Beberapa pembeli kartu prabayar, baik untuk
SLI atau SLJJ, sering kecewa akibat kartu panggilnya tiba-tiba tidak bisa
dipakai sebab nomor aksesnya ditutup PT Telkom dan operator VOIP yang menjual
kartu sudah menghilang.
Para
operator ilegal dapat menawarkan akses telefon ke luar negeri secara murah
karena kompresi yang besar tadi, di samping tidak membayar biaya interkoneksi
ke PT Telkom serta tidak membayar pajak. Baik Satelindo maupun Indosat
yang saat ini masih merupakan operator SLI (sambungan langsung internasional)
harus membayar biaya interkoneksi kepada PT Telkom sebagai pemilik jaringan
domestik. Biaya itu terdiri dari biaya akses sebesar Rp 850 setiap panggilan
dari luar negeri plus biaya percakapan Rp 550 per menit.
Tanpa
kewajiban itu menjadikan para operator ilegal leluasa menawarkan tarif
Rp 200 per menit untuk panggilan dari luar negeri ke Jakarta atau Rp 400
per menit untuk panggilan ke luar Jakarta. Banyak operator di luar negeri
yang akhirnya mengalihkan jalur percakapan ke Indonesia yang semestinya
lewat Satelindo dan Indosat, ke operator VOIP ilegal. Terutama karena keuntungan
yang mereka dapat lebih besar lagi sebab mereka tetap menjual akses dengan
tarif normal di negerinya. Panggilan VOIP lewat Singapore Telecom saja
kini banyak yang tidak lagi masuk ke Satelindo atau Indosat, melainkan
ke operator VOIP murah itu.
Sumber
di Ditjen Postel menyebutkan, tahun 2001 lalu terjadi kebocoran 100 juta
menit percakapan masuk (incoming), sehingga negara gagal mendapat
devisa senilai 18 juta dollar. Bahkan pendapatan PT Telkom dari interkoneksi
dalam kurun waktu itu turun sampai separuhnya dibandingkan tahun 2000 sementara
PT Indosat kehilangan lima juta menit incoming setiap bulan.
Akan
tetapi, paling tidak enak adalah komplain dari pelanggan kepada PT Telkom,
Satelindo dan Indosat karena mutu suara rekan mereka dari luar negeri sangat
buruk. Pada saat padat lalu lintas pembicaraan dan kompresi dilakukan maksimal,
sering pembicaraan terputus selain suaranya bergema. Masyarakat banyak
tidak paham siapa sebenarnya yang salah, sebab kalau soal telekomunikasi,
hanya tiga perusahaan itulah yang mereka anggap bertanggung jawab.
***
LAPORAN
keuangan triwulan pertama tahun 2002 PT Indosat yang dikeluarkan 15 Mei
2002 lalu menampilkan penurunan pendapatan perusahaan publik itu dari sambungan
langsung internasional. Triwulan pertama tahun 2001 dilaporkan pendapatan
dari panggilan internasional mencapai Rp 545 miliar, tetapi pada periode
sama tahun ini panggilan internasional cuma menyetor Rp 522,3 miliar.
Perlu
dicatat, periode tiga bulan pertama tahun 2001 panggilan internasional
cuma dilakukan PT Indosat sendirian sementara triwulan pertama tahun ini
termasuk pendapatan konsolidasi dari SLI 008 PT Satelindo. Dirut PT Indosat,
Hari Kartana menyebutkan, penurunan pendapatan dari panggilan internasional
akibat adanya operator VOIP ilegal ini sampai 15 persen dibandingkan tahun
sebelumnya.
Tahun
ini, kalau keadaan tetap demikian, pendapatan PT Indosat dan PT Satelindo
dari panggilan internasional akan "habis", sebab PT Telkom pun sudah mulai
masuk ke SLI lewat VOIP. Bahkan di beberapa tempat PT Telkom sudah menjual
jasa TelkomSave sebagai produk mereka, sejak Oktober tahun lalu.
Di
Batam yang merupakan wilayah terbesar produksi SLI setelah Jakarta, PT
Telkom gencar memasarkan VOIP mereka, selain tiga operator VOIP ilegal
yaitu Halophone, Dolphin, dan One World. PT Telkom lewat media awal tahun
2002 sudah memasarkan akses 017 untuk TelkomSave mereka di samping tiga
operator ilegal yang terang-terangan menawarkan produk mereka lewat spanduk
dan iklan di radio serta surat kabar.
Awalnya
Telkom memasarkan TelkomSave prabayar pada Oktober 2001 lewat kode akses
17017 dengan tuntunan suara (voice respons) yang umum disebut dengan
double
stage. Mutunya tidak terlalu baik, sehingga meskipun semula banyak
kelompok perumahan yang menggunakannya, akhirnya mereka kembali ke SLI
001 atau 008, terutama panggilan dari perusahaan dan pebisnis asing.
Mulai
Februari lalu, TelkomSave menggunakan akses single stage 017 yang
merupakan direct dial tanpa voice respons. "Hasilnya lebih
bagus, selain mutu suara sama dengan SLI juga masa sambungnya singkat,
tidak sampai 10 detik," kata Aseng, pedagang di Lucky Plaza. Padahal, dengan
double
stage sebelumnya, Aseng mengaku harus menunggu sampai hampir 20 detik
untuk bisa tersambung kepada lawan bicaranya.
Kata
Johan, pedagang di Nagoya, Batam, dengan TelkomSave 017 biayanya jauh lebih
murah, ke Singapura cuma Rp 3.200 per menit sementara SLI 001 atau 008
Rp 5.650 per menit. "Seperti bukan VOIP, sebab dalam waktu singkat, tidak
sampai enam detik bisa tersambung. Padahal waktu 17017 bisa lebih dari
12 detik, sekarang juga tanpa echo (gema)," ujar pedagang elektronik
itu.
Upaya
PT Telkom untuk merebut kembali pasar komunikasi lintas batas (bordercom)
yang oleh pemerintah harus diserahkan kepada PT Indosat awal 90-an itu
tampaknya serius. Pembinaan dilakukan terhadap para pengusaha dan operator
wartel sampai para pengusaha itu mau mengutak-atik alat sehingga walau
pelanggan menekan angka 001, masuknya ke 017.
Telkom
membantah kemungkinan tadi, malah merasa upaya membujuk wartel sia-sia
karena Indosat gencar melakukan promosi. Operator SLI 001 itu membagi-bagikan
hadiah kepada wartel, sehingga kata Arief Musta'in, Kakandatel Batam, "Banyak
pelanggan TelkomSave kembali ke Indosat karena mutu suara 001 lebih baik."
R Haryanto,
Manager PT Indosat untuk Batam dan Riau Kepulauan, juga M Amin Tuhelelu,
manajer pemasaran setempat mengaku mereka membagi-bagikan suvenir berupa
kaus, topi, dan payung untuk pengusaha dan operator. "Pelanggan wartel
yang pakai 001 juga dapat hadiah," kata Amin Tuhelelu.
Mereka
mencontohkan bagaimana PT Indosat coba mempertahankan pasar dengan mendekati
para pengusaha, misalnya mengadakan pelatihan-pelatihan untuk operator,
juga mensponsori kegiatan APWI (Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia). Sampai
ke kertas komputer untuk bukti dan tagihan pembicaraan pelanggan pun, kini
disediakan oleh PT Indosat sekadar agar mereka tidak lari kepada operator
lain. Akan tetapi, Telkom juga mencoba merebut pasar internasional Indosat
lewat TelkomSave yang bisa diakali secara teknologi. Kalau umumnya VOIP
yang normal menggunakan kanal yang dikompresi antara 6 sampai 8, PT Telkom
mengkompresinya hanya sampai empat, kata Arif.
Namun,
seorang teknisi PT Telkom menyebutkan, kompresi bisa cuma satu atau tanpa
kompresi sama sekali. "Tergantung NOC (network operation center)
memainkannya," ujar teknisi tadi. Itu yang menjadi sebab kenapa mutu TelkomSave
bisa nyaris bahkan sama dengan mutu clear channel 001 Indosat atau
008 Satelindo Dan ini dilakukan PT Telkom sebagai upaya untuk menarik pelanggannya.
Meski
PT Telkom sudah melejit dengan VOIP lewat TelkomSave-nya dan PT Indosat
sudah merasa kuenya dikurangi, Indosat masih belum juga masuk ke bisnis
IndosatVOIP. Peralatan mereka konon kini sudah dipasang dan hari-hari ini
sedang dalam proses mendapat ULO (uji laik operasi) dari Ditjen Postel,
dan "go" begitu ULO lolos. Tetapi, kalaupun mau masuk ke bisnis VOIP, masih
ada perjuangan lain, karena PT Indosat harus menggunakan saluran E-1 (E-one)
yang kini hanya dimiliki oleh PT Telkom. E-1 ini merupakan saluran dengan
30 kanal dan menurut Keputusan Menteri Perhubungan No 23 tahun 2002, operator
VOIP harus menyediakan perangkat dengan kapasitas sekurang-kurangnya 28
port E-1 atau 28 kali 30 kanal.
Sementara
PT Telkom masih menganggap IndosatVOIP bukan merupakan calon pesaing kuat.
Mereka kini malah disibukkan oleh persaingan dengan operator VOIP ilegal,
bukan dari sambungan internasional melainkan dari SLJJ (sambungan langsung
jarak jauh) yang juga dirambah para operator itu. "Untuk SLI dan SLJJ mereka
bisa memberi diskon sampai 50 persen," ujar Arief Musta'in. Menurut keterangan,
para operator itu menyewa E-1 dari pemilik satelit dengan standar G703
yang secara fraksional mampu menyediakan lebar pita (bandwidth)
tidak terbatas (n X 64), tergantung kebutuhan (bandwidth on demand).
Dengan E-1 itu pula mereka bisa memberikan layanan SLJJ sepanjang mereka
memiliki POP (point of present) di kota-kota tujuan panggilan telefon.
Kemudahan
menggunakan VOIP oleh operator ilegal ini juga ditunjang oleh gampangnya
membeli VOIP gateway di pasar bebas, misalnya dari Cisco. Dengan cara ini,
perusahaan yang punya kantor cabang yang memiliki jaringan komunikasi data
ketika membeli router baru otomatis dapat membuka dan memanfaatkan VOIP
yang tersedia di dalamnya. Kecenderungan ini yang tampaknya akan mengancam
pasar PT Telkom dan tahun depan juga PT Indosat di SLJJ. Bahkan dengan
teknologi baru, sirkit sewa yang dimanfaatkan oleh bank-bank untuk suara,
data dan faksimili ke kantor-kantor cabangnya atau ke ATM-ATM, nantinya
bisa dikembangkan menjadi VOIP untuk kepentingan mereka sendiri. Misalnya
sebuah bank berpusat di Jakarta, punya leased line ke kantor-kantor
cabang antara lain ke Makassar, sehingga kontak kantor pusat dengan Makassar
menjadi lokal. Lebih jauh, sambungan dari Jakarta ke Maros menjadi lokal
2, sebab pembicaraan ke Maros hanya dihitung dari Makassar.
VOIP
memang bisnis menggiurkan sementara meresapnya teknologi tidak akan bisa
dibendung, hanya bisa dibatasi oleh peraturan perundangan. Tanpa aturan
yang jelas dan ketat, bisnis VOIP menjadi bisnis hutan belantara yang persaingannya
tidak sehat, mematikan yang resmi dan mengurangi kesempatan pemerintah
mendapat pemasukan dari pajak. (HW)
Cara Mudah Membuat Telefon
Internet
Oleh:
MARDI HARDJIANTO,
M.Kom.*)
Saat
ini internet tidak hanya dipergunakan untuk browsing atau berkirim e-mail
saja, tetapi sudah dimanfaatkan sebagai saluran telefon dengan biaya yang
sangat murah. Suatu harapan baru apalagi biaya telefon di Indonesia termasuk
mahal, baik itu telefon PSTN (public switch telephony network) maupun telefon
seluler (ponsel).
Tarif
telefon makin lama, kian mahal biayanya. Padahal telefon sudah menjadi
kebutuhan primer bagi sebagian dari kita yang sering menelefon jarak jauh,
baik ke luar kota (SLJJ) maupun ke luar negeri (SLI).
Menelefon
dari PSTN ke seluler, selain terkena biaya percakapan, juga harus bayar
biaya air time yang harganya dapat melebihi biaya percakapan. Menurut buku
White Pages periode Mei 2001-2002, biaya percakapan dari PSTN ke ponsel
yang berjarak 0-30 km sebesar Rp 134 untuk satu setengah menit pada jam
kerja. Biaya air time yang dikenakan sekitar Rp 650. Inipun masih harus
dikenakan pajak 10 persen. Jadi, biaya yang harus dikeluarkan lebih dari
Rp 850 untuk menelefon ke ponsel per satu setengah menit. Jelas harga ini
tidak murah. Bandingkan dengan negara tetangga, Singapura. Di sana, penulis
pernah menelefon dari telefon umum di pinggir jalan ke ponsel. Dengan hanya
10 sen dolar Singapura (sekitar Rp 1.000), kita dapat berbicara selama
15 menit.
Sangat
Murah
Tentunya
di zaman sekarang ini orang cenderung mencari harga yang lebih murah. Teknologi
VoIP (Voice over Internet Protocol) adalah jawabannya. Dengan teknologi
ini, kita bisa bertelefon ria ke seluruh dunia dengan biaya yang sangat
murah. Sebab, bertelefon ke manapun bayarnya tetap pulsa lokal.
Murahnya
biaya teknologi ini berkat teknologi internet yang diintegrasikan dengan
jaringan telefon. Artinya, kita menelefon melalui jaringan internet.
Meskipun
murah, VoIP mempunyai kekurangan. Kualitas suara VoIP berbanding lurus
dengan harganya. Kadang kala suaranya tidak jernih, bergema, bahkan mengalami
delay bila dibandingkan dengan kualitas telefon biasa.
Di
Indonesia, teknologi VoIP dapat ditemukan pada fasilitas calling card prabayar.
Untuk sambungan internasional misalnya, kita dapat berhemat hingga sekitar
80 persen bahkan 90 persen pada hari libur jika dibandingkan dengan menggunakan
IDD (International Direct Dialing), baik yang melalui 001 atau pun 008.
Ada
beragam calling card dengan tarif pulsa berbeda-beda, misalnya Kring, TELEphone,
GlobalVoice, HALLOphone, Master, AKSES, dan TELKOMSave. Harga nominalnya
pun bermacam-macam mulai dari Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu. Bahkan ada
yang menggunakan dolar AS dengan nilai nominal US$ 10.
Dengan
nominal Rp 100 ribu, kita dapat manfaatkan selama sekitar satu jam untuk
hubungan ke Amerika. Cukup murah bukan? Bandingkan bila menggunakan IDD,
bisa mencapai Rp 400 ribu lebih. Itu pun bila dilakukan pada tengah malam.
Selain
hadir melalui calling card, aplikasi VoIP bisa diterapkan melalui komputer.
Banyak yang menawarkan layanan VoIP, ada yang berbasis web, ada pula yang
melalui software. Dengan membayar biaya koneksi internet ke ISP (Internet
Service Provider) dan sejumlah uang atas layanan telefon yang disediakan,
maka kita bisa berhubungan ke seluruh dunia dengan biaya murah.
Malahan
ada dengan hanya membayar biaya koneksi internet ke ISP kita berhubungan
ke seluruh dunia. Jenis layanan ini, bisa berupa PC ke PC atau PC ke telefon.
Untuk dapat menelefon lewat fasilitas ini, tentunya harus memiliki PC yang
terkoneksi ke internet berkecepatan minimal 28,8 Kbps (kilo bit per second).
Selain
itu, harus tersedia aksesori komputer untuk mengobrol, antara lain sound
card, speaker, dan microphone. Yang perlu diperhatikan adalah komputer
yang kita pergunakan tidak menggunakan proxy server. Dengan kata lain kita
tidak boleh berada di 'belakang' proxy server.
Ada
beberapa situs yang menyediakan layanan telefon via internet, antara lain,
http://www.hottelephone.com,
http://www.web2call.com,
dan
http://www.e-talk.com.
Sedangkan
software telefon yang tersedia antara lain Buddytalk (http://www.buddytalk.com),
ICQPhone (http://www.icq.com), MediaRing
(http://www.mediaring.com), PalTalk
(http://www.paltalk.com), dan Microsoft
NetMeeting.
Software
telefon PC ke PC bisa menjadi alternatif untuk kita gunakan bertelefon.
Sudah tentu, lawan bicara kita harus memiliki software yang sama dengan
kita. Dari beberapa software yang tersedia, yang pernah digunakan oleh
penulis adalah ICQPhone dan Buddytalk. Kedua software ini cukup mudah dalam
proses instalasinya. Untuk mendapatkan software ini, kita bisa mendownload
dari website mereka secara gratis.
Dengan
koneksi internet 256 Kbps di kantor penulis, hubungan telefon dari PC di
kantor ke PC yang di rumah lumayan bagus, walaupun dilakukan pada siang
hari, di mana trafik internetnya cukup padat. Suara yang diterima cukup
jelas. Delay waktu penerimaan suara sekitar satu detik. Artinya, ketika
si penelefon berbicara, maka satu detik kemudian baru terdengar suaranya
di speaker kita. Bila dilakukan di rumah, menelefon dari PC ke PC, kita
cukup membayar biaya telefon dan internet saja untuk berhubungan ke manapun
juga.
Tidak
sebatas komunikasi PC ke PC. Kita juga bisa berkomunikasi dari PC ke pesawat
telefon biasa atau ponsel dengan tarif yang sangat murah. Dengan Buddytalk,
kita bisa menelfon ke Amerika dengan hanya membayar US$ 0,05 setiap menitnya
atau US$ 0,14 setiap menitnya untuk menelefon ke Singapore. Untuk dapat
melakukan sambungan dari PC ke pesawat telepon atau ponsel, kita harus
membeli pulsa yang harganya minimal US$ 10 dan bisa diisi ulang. Pembayarannya
bisa menggunakan kartu kredit.
Setelah
melakukan pembayaran, maka sambungan dari PC ke pesawat telefon baru dapat
dilakukan. Perhitungan pemakaian pulsa pada umumnya berkelipatan 1 menit.
Beberapa situs memberikan akses gratis ke beberapa negara dengan jatah
dua jam per bulan, seperti HYPERLINK http://www.hottelephone.com www. hottelephone.com.
Lihat contoh tabel perbandingan tarif telefon SLI ke telefon biasa dengan
fasilitas IDD Indosat, Calling Card, dan Software BuddyTalk.
Inilah
caranya untuk bertelefon dengan biaya murah. Memang, semuanya tidak terlepas
plus dan minusnya. Sekarang tinggal tergantung kepada kita. Biaya mahal
kualitas bagus atau biaya murah kualitas kurang bagus.
*)
Penulis adalah Staf Pengajar Universitas Budi Luhur Jakarta.
Internet
Via Kabel Listrik: Mungkinkah?
Jakarta--Kompas
Online--Apa yang terjadi jika kabel telefon rumah dicolokkan ke steker
listrik di tembok? Ya, kesetrum! Namun, kelak cara itu aman, bahkan pesawat
telefon bisa dipakai untuk berkomunikasi normal. Kabel listrik selain menjadi
pengantar setrum, juga pengantar suara dan data. Tidak usah jauh-jauh.
Di perumahan karyawan Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Duren Tiga, Jakarta
Selatan, sejak Agustus tahun silam sudah ada 20 rumah yang menggunakan
kabel listrik untuk sarana bercakap-ria. Dan, si pemakai tidak tersetrum.
"Dan
mulai bulan Agustus tahun 2002 ini akan kita kembangkan menjadi 400 satuan
sambungan telefon (SST) di kantor-kantor dan perumahan pegawai PLN," ujar
Waluyo Nugroho, Presiden Direktur ICON+.
Apa
pula ICON+ ini? Rangkaian huruf ini singkatan dari PT Indonesia Comnet
Plus, anak perusahaan dari pemilik penjual setrum tunggal negara ini. Perusahaan
itu diserahi sang induk untuk mengembangkan teknologi telekomunikasi via
kabel listrik atau powerline comunication (PLC). Nah, perusahaan itu sedang
melakukan uji coba di 20 rumah tersebut.
PRINSIP
PLC sebetulnya nyaris tidak berbeda dengan teknologi telekomunikasi biasa
yang menggunakan kabel telefon. Dianalogikan oleh Didi Ali, Manajer Pengembangan
Usaha ICON+, arus listrik itu seperti air laut yang menghasilkan gelombang
dan buih. Gelombang berupa setrum, sedangkan buih berupa noise.
Nah,
teknologi PLC memanfaatkan buih itu sebagai pengantar sinyal suara dan
data. Untuk menumpangkan sinyal telekomunikasi tersebut dibutuhkan frekuensi
pada kisaran 1-30 Mega Hertz (MHz). Frekuensi ini, menurut Didi, mampu
mengantarkan data hingga kecepatan 2 Mbps - 4,5 Mbps (megabyte per second).
Pada
saat berlangsung pameran teknologi tinggi CeBit 2001 lalu, bahkan PLC diklaim
dapat menghantarkan data hingga kecepatan 14 Mbps. Jelas kemampuannya jauh
lebih cepat dibandingkan dengan kabel telefon.
Namun,
untuk bisa menumpangkan suara dan data pada jaringan listrik cukup rumit.
Pasalnya, jalur telekomunikasi memerlukan kondisi yang stabil agar suara
dan data bisa mengalir mulus.
Padahal,
jalur listrik memiliki tingkat ketidakstabilan yang sangat tinggi. Tegangan
atau voltase listrik sering naik turun. Apalagi di Indonesia, kondisi naik
turunnya voltase sudah menjadi hal yang lumrah.
Untuk
mengatasi masalah ini digunakan dua buah metode modulasi. Yang pertama
adalah teknik modulasi Time Division Multiplexing (TDM) atau spread spectrum.
Dalam metode ini sinyal informasi disebar dalam rentang frekuensi yang
lebar. Level sinyal informasi dibuat sangat rendah dengan harapan sinyal
ini tidak akan terganggu level noise yang sangat tinggi di PLC.
Kedua
dengan menggunakan teknik Orthogonal Frequency Division Multiflexing (OFDM).
Metode modulasi ini dipergunakan banyak vendor karena dinilai cukup stabil.
"Dan hasilnya, telekomunikasi tetap akan berjalan walau voltase naik turun
dalam range yang luas, yaitu dari 85-245 volt," tutur Didi.
Setelah
secara teknologi sudah hampir mapan, lalu bagaimana cara mempergunakan
aliran listrik tersebut sebagai telefon di rumah dan kantor? Menurut Nugroho,
sangat sederhana. Pelanggan yang akan memanfaatkan jaringan telekomunikasi
ini akan dibekali modem PLC yang berfungsi mentransfer sinyal, baik untuk
berbicara maupun untuk berinternet. "Jadi, masyarakat nantinya membutuhkan
dua buah modem. Satu untuk telefon dan satu lagi untuk akses internet,"
jelas Waluyo.
Kelihatannya
menjadi rumit, tetapi ini justru akan membuat pelanggan lebih leluasa dalam
berkomunikasi. Tidak perlu lagi pengguna mematikan pembicaraan telefon
saat berselancar di internet atau sebaliknya. Kedua aktivitas ini dapat
dilakukan secara bersamaan dalam satu jalur kabel listrik, hal yang tidak
bisa dilakukan pada kabel telefon.
"Bahkan
nantinya konsumen dapat melakukan komunikasi dari mana saja, asal di tempat
tersebut sudah ada jaringan listrik. Cukup dengan mencolokkan kabel telefonnya
ke stopkontak listrik," ujarnya.
Dalam
bayangan Nugroho, teknologi ini akan memecahkan masalah yang selalu dihadapi
PT Telkom, yaitu perluasan jaringan. Diperkirakan, saat ini di Indonesia
ada sekitar 28 juta pelanggan PLN, sedangkan pelanggan Telkom hanya sekitar
6 juta SST saja.
Dengan
jaringan listrik yang sudah dimiliki oleh PLN itu, maka biaya untuk mengembangkan
PLC menjadi murah. Diperkirakan untuk membuat satu SST hanya dibutuhkan
biaya tidak lebih dari 350 dolar AS. "Syukur-syukur bisa hanya senilai
275 dolar AS per SST," tambah Nugroho.
Sedangkan
Telkom harus mengeluarkan sekitar 1.000 dolar AS per SST. Artinya, tarif
yang akan dikenakan terhadap pengguna PLC dapat ditekan, karena biaya investasinya
untuk membuat jaringan lebih murah. Tetapi, sayang angan-angan itu harus
ditepis jauh-jauh. Karena, menurut Nugroho, walau secara teknologi mereka
mampu untuk terjun di bisnis telefon, ICON+ tidak mendapatkan lampu hijau
dari pemerintah untuk menggeluti ladang usaha ini. Beleid negara melarangnya.
"Rencananya
kita akan bekerja sama dengan operator seperti Telkom dan Indosat untuk
menjalankan bisnis ini. Kita yang menyediakan jaringan dan teknologi dan
operator tersebut yang menjalankan bisnisnya," tutur Nugroho. (mer)